RSS
Container Icon

The Three Mbakentir's ke Gunung Lawu

lanjutan....


Pen, Aku Padamu...!



Sekitar pukul setengah dua belas kami berempat turun di stasiun Jebres, Solo. Sesudah acara foto-foto narsis, makan siang tak lupa sholat Dzuhur, perjalanan berlanjut menuju Matesih, Tawangmangu yang berjarak kurang lebih 40 km. Dari pasar Matesih kemudian naik angkutan ke pos penjagaan Cemoro Sewu. Salah satu jalur pendakian Gunung Lawu selain Cemoro Kandang.
Dan tahu tidak sobat, angkutan yang membawa kami ke Cemoro Sewu itu opletnya si Doel anak sekolahan. Sempat mencari si Doel beneran mau minta tanda tangan. Sayangnya ini, kan Karang Anyar bukan Jakarte, mane ade si Doel anek sekolehen.
Panas, sesak, berdesak-desakan mirip ikan asin dalam keranjang yang baunya hmmff... aduhai. Untung aku tidak mabok maning, mabok maning, padahal waktu kecil aku paling hobi mabuk kendaraan. Paling setelah turun nanti aku butuh tabung oksigen buat menyambung nafas.
Pukul 15.00 wib setelah bayar uang masuk di pos yang tepat di samping Gapura bertuliskan Cemoro Sewu kami berempat sibuk kembali dengan aktivitas mengambil air dan sholat Ashar. Pasalnya menurut guide Ali, air baru ada di sumber air Drajat beberapa meter dari puncak.
Ali tampak mengerutkan kening melihat carier yang dia bawa semakin berat. Kami pura-pura tidak tahu sampai Ali akhirnya bersuara memprotes tentang bawaan kami.
“Gila, kalian mau jualan di puncak ya?”
“Ada deh, mau tahu ajah!” sahut kami kompak sambil cengar-cengir.
Setengah empat kami mulai start naik. Sobat, tahu enggak sih, ternyata walau tidak tampil dengan make up atau baju seksi. Kami bertiga berhasil menggaet dua cowok loh. Hebat, tho? Tentu saja, tampang kami yang cute (sok kalau pada mau muntah) meski tanpa riasan telah membuat mereka berdua seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.
 Jadi nanti tinggal rayu-rayu sedikit pasti nanti mereka mau bawain carier kita. Huehehee.... Mereka, Alex dan Kisky asal Bogor.
Jalur pertama yang harus kami lalui berupa jalan undak berbatu. Baru beberapa tapak nafas sudah mulai terdengar berat.
“Slow motion aja ya, guys!” desahku hampir kehabisan nafas.
“Iyahh,” sahut Citonk tak kalah lemah yang berjalan di belakangku.
Sesuai dugaanku, Pheenux masih terlihat sangar. Sejak zaman diksar dan melintas Gunung Slamet dulu dia memang terkenal sebagai strong woman. Apa karena bapaknya tentara ya jadi terlatih. Setiap pagi lari-lari keliling komplek asrama sambil menggendong ransel. Bapakku juga tentara, dulu pernah sih bapak mengajak lari-lari pagi, tapi pada saat itu aku tiba-tiba datang bulan, belum pakai pembalut hingga celanaku bersimbah darah. Sejak saat itu Bapak tidak pernah mengajak aku lari-lari lagi. Ada dua kemungkinan mengenai hal itu, pertama trauma aku bikin malu lagi dengan darah haid di pantatku. Kemungkinan kedua, takut disangka menyiksa anak sampai berdarah-darah sedemikian rupa. Efeknya kayak gini nih, gampang letih, loyo, letoy.
Satu jam kemudian kami beristirahat agak lama di pos satu. Sebuah shelter jadi pilihan ternikmat untuk meluruskan kaki. Tentu saja, setelah selama perjalanan tadi waktu istirahat hanya sekedar mengambil nafas.
“Hehe… lumayan!” desisku sebelum meneguk air dari botol air mineral palsu. Cuma casing-nya saja yang bermerk, dalamnya air sumur Citonk.
“Lumayan apa, Sus?” tanggap Pheenux.
“Lumayan ngos-ngosan, apalagi?balasku yang nyaris bareng dengan celoteh Citonk. Kami lalu tertawa.
“Nih, makan snack dulu!” tawar Kisky membuat mata kami langsung berbinar-binar.
“Asyik nih! Yach, bagi dong Pin!” seruku kalah serobot dari Pheenux.
“Tenang, tenang semua kebagian.” kata Citonk sok dewasa meski umurnya di bawah aku dan Pheenux. Tapi melihat mukanya, mupeng tenan!
Ali senyam-senyum melihat ulah kami bertiga berebut makanan. “Kalian lapar apa doyan sih?
Ini asli enak,” sahutku. “Beli di mana nih?”
Di Bogor.” jawab Kisky.
“Pasti mahal. Merknya apa, Cit?” Pheenux penasaran.
“Asterina,” baca Citonk yang memeluk biskuit dengan krim kacang.
“Judul yang bagus, mmm, ntar anakku tak kasih nama Asterina, ah.” kata Citonk.
“Nama merk biskuit dipakai buat nama orang, ada-ada aja.” ucap Kisky tersenyum.
“Eh, bagus lho, pabriknya aja yang aneh, pakai nama sebagus itu.” bela Pheenux. “Tonk, gimana kalo nama anak kita dibuat sama?”
Asterina, berarti bunga aster. Rina artinya cantikocehku asal. “Boleh juga tuh.”
“Yee, ikut-ikutan. Nggak boleh, itu hanya untuk nama anakku tahu! Yang nemu aku, kalian jangan ikut-ikutan.” protes Citonk kumat sifat kekanak-kanakannya.
“Jangan pelit gitu dong!Pheenux tidak mau kalah. Anggap aja sebagai kenang-kenangan dari ke Lawu, makan biskuit kacang pemberian Kisky.”
Sweet memory with biskuit kacang!” komentarku sambil menatap biskuit kacang yang pasrah dalam cengkeraman jariku.
Citonk kelihatan menimbang ideku dan Pheenux.
“Udah, mikirnya sambil jalan aja yuk!” ajak Ali menyudahi perdebatan ala play group kami. Tidak mutu! Lagi pula kalau ternyata anak mereka cowok apa mau dikasih nama Asterina? Ada-ada saja!
Jam menunjukkan pukul lima. Waktunya ngecamp, waktunya ngecamp! Jam tanganku sudah menjerit mengingatkan akan RO yang kami buat dan berdasarkan kesepakatan pakai target waktu. Tapi sejauh kaki melangkah belum menemukan tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Jalur yang kami lewati berupa tanjakan melulu. Banyak batu-batuan pula, nggak nyaman banget buat ngecamp. Dan lagi tidak mungkin muat buat pasang tenda.
Tapi menurut informan__Ali yang agak lupa-lupa ingat, katanya pos dua tidak jauh lagi. Kita sih menurut saja. Meski sudah tidak nafsu jalan.
Satu setengah jam kemudian pos dua masih belum menampakkan batang hidungnya. Mungkin karena langkah kami yang super duper kayak siput, jadinya tidak sampai-sampai.
Aku, Pheenux dan Citonk mendadak mogok jalan ketika menemukan tempat yang agak luas. Kami merengek ke Ali supaya ngecamp saja di tempat tersebut. Alasan pertama lapar, kedua aku dan dua teman UPL-ku sudah kena sindrom ngecamp kalau malam. Dari bayi saat diksar sudah dikondisikan begitu sih.
Ali menurut setelah kami ancam bakal kami perkosa rame-rame. Padahal tempatnya sama sekali tidak asyik, selain agak miring juga banyak batuan yang nongol. (baca kelanjutan kisah kami saat kedatangan tamu tak diundang ya!)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS