RSS
Container Icon

My Life


Terdampar

Selama aku mengarungi samudera hidupku entah berapa kali aku terdampar dalam pulau asing yang jauh dari pulau impianku.

Tahukah kau kawan,
bahwa pulau impian pertamaku adalah pulau dimana orang akan merasa haus dengan ilmu berlayarku. Aku akan bicara dengan bahasa asing yang akan membuat mereka terpana, bertanya dan menjadi paham akan bahasa yang ku gunakan untuk berbicara.

Sayang, angin kecil tanpa ku sadar telah meniup perahuku menuju pulau yang membuatku bingung untuk melangkah. Apa yang akan kudapat dari pulau yang isinya hanya tentang cara memerintah. Mereka sangat lihai bersilat lidah menghujat yang mereka anggap salah tanpa melihat sudah benarkah mereka dalam bertindak selama ini.
Tak salah kiranya jika pada akhirnya kelak mereka pun akan dihujat balik oleh anak cucu mereka saat telah merasa menjadi wakil rakyat yang benar. Ini tidak akan pernah berakhir, karena yang mereka pelajari hanya demokrasi asal bunyi. Tidak pakai hati, tidak pakai otak.
Mereka berdalih anarkhi bisa mengubah tatanan yang ada. Benar sekali, karena mereka berhasil menghancurkan bentuk fisik dari tatanan itu. Hanya rumah atau gedung saja yang rusak, kawan. Isi mereka tetap sama. Busuk!
Meski aku muak, seluruh sudut pulau itu aku jelajahi sampai tak terasa aku telah menjadi warganya. Sebentuk kertas melabeli nama belakangku menjadi almamater pulau itu.

Tahukah kau kawan,
setelah menyisir pulau yang katanya telah banyak melahirkan ahli negara, aku kembali berlayar berusaha mencari pulau impian yang hakiki.
Sebentuk fatamorgana menyeretku mendekat pada sebuah pulau yang menyerupai pulau impian. Ah, ternyata tak salah. Aku sedang tidak berilusi. Benar ini pulau impian. Tapi kawan, ada selubung tipis yang membuatku tak bisa masuk ke dalamnya.
Aku hanya menjadi penonton tak setia. Aku hilir mudik tak acuh dengan sesuatu yang dulu adalah mimpiku.
Aku hanya pelayan, kawan. Aku melayani mereka yang telah menjadi cita-citaku. Tak ada iri dengki. Tak ada cemburu dengan pencapaian mereka. Tak senang pula aku berdiam di zona antara ini. Yah, aku sadar, ini menyerupai pulau impianku. Tapi sesungguhnya pulau impian yang kucari merupakan jembatan penghubung menuju samudera dengan pulau impian hakiki.
Aku masih dalam kubah yang nyaman. Setidaknya, aku sedang bersiap untuk berlayar kembali mencari pulau impian hakiki yang sampai kini belum juga terlihat dalam peta samuderaku.

Tahukah kau kawan,
saat aku sedang mengitari pulau tinggalku sekarang, sebuah badai mendamparkanku ke pulau yang pernah ku lihat dari bibir pantai. Anak pulau yang timbul tenggelam. Suatu masa pernah terlihat, namun tenggelam kembali kemudian.
Kini aku berdiri diatasnya. Pulau terjal yang penuh persaingan untuk hidup. Dan aku harus tinggal berebut udara agar bisa bertahan bernafas.
Perahuku koyak kawan, aku butuh kayu untuk menambal atau bahkan membuat perahu baru. Untuk itu aku harus rela berpeluh keringat, air mata bahkan darah jika perlu demi mendapat sebatang kayu kokoh bagi perahuku.

Entah kawan, aku merasa nyaman dalam arena pacu pulau ini. Ada hal yang membuatku bersemangat terus maju dan maju.

Dan kawan,
sepanjang hari aku sibuk berkejaran dengan waktu. Aku nyaris lupa dengan pulau impian hakiki yang masih menjadi misteri akankah kutemui. Perahuku pun belum tersentuh perbaikan sama sekali. Aku malah asyik tawar menawar dengan hari, gerangan kayu apakah yang cocok untuk mengarungi samudera dimana kemungkinan pulau impian hakiki berada.
kadang nyaris menyerah kawan,
tapi pertunjukan tidak boleh berhenti, kan? Atau kalian akan menyesal!

Dan tahukah kau kawan,
sebentuk kata-kata panjang ini kuharap bisa membawaku kembali berlayar menempuh kiloan samudera yang setiap saat bisa saja mendamparkanku kembali pada pulau asing yang tak ku ingin.

Dan kawan,
Sesungguhnya dibalik setiap terdamparnya perahuku, ada kuasa Agung yang telah menulisnya dalam angin. Aku selalu kalah dengannya. Aku yang lulusan pulau birokrat latah menghujat-Nya sebagai biang langkah tertatihku. Aku marah, aku nyaris berbuat anarkhi.
Tapi kawan, tanpa ku sadar tulisan angin yang membentuk badai itu ternyata perlahan menguatkan perahuku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS