Aku dan Alamku
Ketika
persepsi mereka tergulir mendiskreditkan tentang aku dan alamku
Ku
anggap itu hanya sekedar gurauan semata
Aku
tahu, mereka tak akan pernah mengerti bahkan tak akan mau mengerti
Meski
tiga hari tiga malam aku mendongeng tentang aku dan alamku
Aku
sadar dengan otak waras.
Bagi
mereka aku hanyalah seorang syaraf
gemar berkeliaran masuk keluar hutan mencari titik
tertinggi,
menyusup
mencari sudut gelap dalam lorong pekat,
merayap
menanggung nyawa demi puncak tegak,
bermandi lumpur untuk melawan ganasnya Agas, dan seolah
bermain dalam bayang kematian
Itu
pikir mereka.
Tapi
esensi esaku demi cinta
Bagiku
alam dan petualanganku adalah hidupku yang sesungguhnya
Dia
laksana keluarga, sahabat dan rumah ternyaman bagiku
Dialah yang telah mengajari aku makna cinta serta menempa
kedewasaanku atas pencarian jatidiriku
Dia
begitu alami tanpa topeng kepalsuan
Dia
selalu menebar damai, mengecam pertikaian
Indah
meski selalu berpagar misteri
Dan aku sungguhlah percaya, bahwa alam yang kucinta akan
mendekap hangat ragaku selepas arwah menghilang bersama ceria alam yang
terjelang esok hari
Aku bahkan akan bahagia meski sebentuk sesal kan mengutuk aku karena
telah lancang melawan titah agung yang murka
Biarlah…
Ini
adalah kisah tentang aku dan alamku
Selama
langit masih biru membentang
Selama
laut masih bersedia menciumi garis
pantai
Selama
puncak nan anggun masih menjulang tinggi
Selama
jiwa masih setia pada raga ini
Selama itu pula ijinkan jiwa dan raga ini berkelana
menyisir setiap lekuk pesona pada dirimu
Biar kukabarkan pada dunia betapa pentingnya engkau wahai
alam bagi hidupku
Purwokerto, Juli 2004
Dalam letihnya malam
yang membius nafas dalam buaian mimpi.